Mengenal Sejarah Hari Buku Nasional dan Sosok di Balik Penentuan Harinya

Mengenal Sejarah Hari Buku Nasional dan Sosok di Balik Penentuan Harinya

Selamat Hari Buku Nasional, Grameds! Tanggal 17 Mei adalah hari yang spesial untuk para pecinta buku, karena di hari ini lah hobimu dirayakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Nah, kamu penasaran nggak sih siapa yang mencetuskan Hari Buku Nasional pertama kali? Karena beliau, kita bisa mengembangkan minat baca kita, lho.

Sejarah tercetusnya Hari Buku Nasional ini merupakan kisah yang menarik untuk dibahas. Maka dari itu, supaya kamu nggak penasaran lagi, mari kita simak sejarah dan sosok di balik penentuan Hari Buku Nasional.

Sejarah Hari Buku Nasional

Hari Buku Nasional yang diperingati setiap tanggal 17 Mei ternyata dicetuskan pertama kali oleh Abdul Malik Fadjar yang merupakan Menteri Pendidikan Nasional dalam Kabinet Gotong Royong pada masa Presiden Megawati Soekarnoputri. Peringatan Hari Buku Nasional pertama kali dirayakan pada tahun 2002. Lalu, mengapa ditetapkan pada tanggal 17 Mei? Jawabannya adalah karena didasarkan pada tanggal berdirinya Perpustakaan Nasional, yakni tanggal 17 Mei 1980.

Pak Malik Fadjar mencetuskan Hari Buku Nasional dengan tujuan untuk menumbuhkan minat baca dan literasi masyarakat Indonesia, yang pada saat itu masih sangat rendah. Keprihatinan Pak Malik Fadjar akhirnya mendorongnya untuk mencetuskan Hari Buku Nasional agar bisa menarik minat masyarakat untuk membaca.

Ditambah lagi, penjualan buku saat itu tergolong rendah. Indonesia hanya mencetak sekitar 18 ribu buku tiap tahunnya. Angka tersebut sangat jauh dibandingkan dengan negara Asia lain, seperti Jepang yang mencetak 40 ribu buku dan Cina yang mencetak 140 ribu buku tiap tahunnya.

Adanya Hari Buku Nasional diharapkan bisa meningkatkan angka penjualan buku di Indonesia dan angka melek huruf pada masyarakat Indonesia. Kebiasaan membaca akan beriringan dengan perkembangan pendidikan. Maka dari itu, untuk meningkatkan kualitas pendidikan, kita harus meningkatkan daya literasi terlebih dahulu.

Abdul Malik Fadjar, Sosok di Balik Hari Buku Nasional

Nah, sekarang kita kenalan lebih dalam dengan Alm. Pak Malik Fadjar, yuk! Beliau yang lahir di Yogyakarta pada tanggal 22 Februari 1939 ini, merupakan putra keempat dari tujuh bersaudara. Sejak kecil, ia sudah berkecimpung dalam dunia pendidikan, lho. Ia bersekolah formal di Sekolah Rakyat (yang kini kita kenal sebagai Sekolah Dasar) Negeri Pangenan Kertoyudan Magelang, dan meneruskan pendidikannya di Pendidikan Guru Agama Pertama (PGAP) Negeri Magelang.

Abdul
Abdul Malik Fadjar, Sosok di Balik Hari Buku Nasional (Sumber: Kompas.com)

Nah, tentunya nggak hanya sampai situ saja, Pak Malik Fadjar melanjutkan sekolah lagi di Pendidikan Guru Agama Atas (PGAA) Negeri Yogyakarta. Di masa-masa sekolah itu lah ia aktif di organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII). Kemudian, ia melanjutkan pendidikannya ke jenjang perkuliahan. Pada tahun 1972, ia lulus dari Program Studi Pendidikan Kemasyarakatan Islam, IAIN Sunan Ampel Fakultas Tarbiyah Malang. Lalu di tahun 1981, ia berhasil meraih gelar Master of Science dari Department of Educational Research, Florida State University, Amerika Serikat.

Hingga kini, Pak Malik Fadjar dikenal sebagai tokoh Muhammadiyah. Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai Menteri Agama pada masa pemerintahan Presiden BJ Habibie, Menteri Pendidikan Nasional di masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, dan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Indonesia.

Beliau tutup usia pada tanggal 7 September 2020 di Rumah Sakit Mayapada, Kuningan, Jakarta Selatan. Ia dikenal sebagai sosok yang gigih dalam bidang pendidikan. Ia juga berkontribusi besar dalam membangun sekolah-sekolah Muhammadiyah dan perpustakaan di daerah Yogyakarta dan Magelang.

Abdul
Abdul Malik Fadjar, Sosok di Balik Hari Buku Nasional (Sumber: Times Indonesia)

Nah, itu dia sejarah singkat dari tercetusnya Hari Buku Nasional. Kita juga sudah berkenalan dengan sang pencetus, yakni Bapak Abdul Malik Fadjar. Ia sosok yang berperan besar dalam pendidikan di Indonesia. Dengan adanya Hari Buku Nasional, diharapkan bisa meningkatkan minat baca dan literasi untuk menunjang kualitas sistem pendidikan di Indonesia.

Berbicara soal buku dan pendidikan, rasanya nggak afdol kalau kita nggak ulik buku-buku yang bisa buat kamu lebih melek dengan pendidikan. Nah, Admin akan merekomendasikan kamu enam buku yang membahas pendidikan dan bikin kamu makin sadar akan pentingnya pendidikan.

6 Rekomendasi Buku tentang Pendidikan

1. Pendidikan Kaum Tertindas – Paulo Freire

Jika kamu tertarik pada dunia pendidikan, buku ini wajib kamu baca. Ini adalah buku filsafat karya Paulo Freire yang fokus pada pembahasan mengenai mereka yang ditindas versus mereka yang menindas.

“Pendidikan haruslah berorientasi kepada pengenalan realitas dari manusia dan dirinya sendiri.”

PendidikanBaca Sekarang di sini!

Sebagai negara yang dijajah selama ratusan tahun, dampak dari kolonialisme masih tetap ada sampai sekarang. Isu yang dibahas di buku ini masih relevan bagi kita hingga saat ini. Bagi Freire, pendidikan seharusnya mengajarkan kita untuk mengangkat suara dan hak kaum marjinal. Dengan buku ini, kita akan sadar bagaimana pendidikan harus berorientasi untuk membebaskan manusia dari rasa takut akibat penindasan.

2. Terdidik (Educated) – Tara Westover

Buku ini mengisahkan hidup sang penulis yang hidup dengan keluarganya di pegunungan Idaho. Keluarganya sangat terisolasi dan tertutup sampai-sampai tak ada yang memastikan pendidikan anak-anak di keluarga tersebut.

Ayahnya juga melarang pengobatan dari rumah sakit, sehingga Tara tak pernah melihat dokter atau perawat. Mereka mengandalkan obat-obatan herbal untuk menyembuhkan luka dan penyakit.

BukuBeli dan Baca Sekarang!

Meski tak mendapat pendidikan formal, Tara berusaha untuk belajar secara otodidak. Hasilnya, ia berhasil diterima di Brigham Young University. Setelah itu, ia mulai bertanya-tanya apakah perjalanannya ini terlalu jauh? Atau masihkah ada jalan untuk pulang?

Kisah Tara akan mengajak kita untuk melihat inti dari dunia pendidikan. Dengan pendidikan, kita bisa melihat perspektif orang lain dengan pandangan baru dan berusaha untuk mengubahnya.

Kamu juga bisa dalam versi e-book di sini >>> Terdidik

3. Dua Belas Pasang Mata – Sakae Tsuboi

Jika kamu menyukai buku Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, pasti kamu akan menyukai buku ini juga. Buku ini mengisahkan tentang Ibu Guru Oishi dan murid-muridnya di sebuah desa nelayan yang miskin.

Bersama 12 muridnya, ia belajar tentang kehidupan dan kasih sayang. Bu Oishi menjadi guru favorit karena kepribadian dan penampilannya. Namun, perang telah mengubah segalanya, dan membuat mereka harus beradaptasi dengan perubahan.

BukuBeli dan Ikuti Kisah Bu Oishi

Kamu juga bisa dalam versi e-book di sini >>> Dua Belas Pasang Mata

4. Guru Aini – Andrea Hirata

Andrea Hirata dan novel-novel yang bertema pendidikan memang tak bisa dipisahkan. Ini adalah buku prekuel dari novel Orang-Orang Biasa yang menceritakan dua karakter utama, yaitu Bu Desi Istiqomah dan muridnya yang bernama Aini.

Bu Desi adalah sosok yang antusias untuk mengajar matematika dan bertekad untuk mengubah anak bangsa. Kemudian, ada Aini yang bercita-cita menjadi dokter dan mengobati penyakit ayahnya. Untuk itu, Aini rela berguru dengan Bu Desi yang terkenal galak dalam mengajar. Kisah Bu Desi yang garang dan Aini yang nekat untuk belajar matematika dengannya ini akan membawamu dalam keharuan sekaligus gelak tawa.

BukuBeli dan Baca Sekarang!

5. Totto-Chan: Gadis Cilik di Jendela – Tetsuko Kuroyanagi

Totto-chan adalah seorang gadis kecil yang bernama asli Tetsuko Kuroyanagi. Buku ini mengisahkan pengalaman masa kecil sang penulis yang selalu semangat saat sekolah. Totto-chan memiliki kebiasaan memandang keluar jendela, menunggu rombongan pemusik jalanan, dan berulang kali membuka tutup meja. Kebiasaannya itu tak disukai gurunya dan membuat Totto-chan dikeluarkan dari sekolah.

BukuBeli dan Ikuti Kisah Totto-chan

Akhirnya, sang ibunda mendaftarkan Totto-chan ke Tomoe Gakuen. Di sana, para murid belajar di gerbong kereta yang dijadikan ruang kelas. Para murid juga dibebaskan untuk mengubah urutan pelajaran mereka.

Di sekolah yang unik itu, Totto-chan tidak hanya belajar pelajaran formal saja, tetapi juga tentang pelajaran hidup seperti persahabatan, kebebasan, dan menghargai orang lain.

6. Botchan – Natsume Soseki

Buku ini mengisahkan tentang guru muda yang memberontak terhadap sistem sekolah di sebuah desa. Ia adalah Botchan, sosok yang jujur dan berterus terang. Namun, hal itu membuatnya sering mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain.

Buku ini bergenre slice-of-life dan komedi, namun banyak nilai-nilai hidup yang bisa diambil dari kisah Botchan. Buku ini cocok untuk kamu yang ingin mengenal pendidikan dengan novel yang ringan.

BukuBeli dan Baca Sekarang!

Kamu juga bisa dalam versi e-book di sini >>> Botchan

Itu dia sejarah dari tercetusnya Hari Buku Nasional beserta rekomendasi buku tentang dunia pendidikan. Sekarang kamu nggak penasaran lagi kan dengan asal-usul Hari Buku Nasional?

Tapiii, masih kurang lengkap nih kalau kita memperingati Hari Buku Nasional tanpa membaca buku. Tak perlu khawatir, untuk hadiah di Hari Buku Nasional ini, Gramedia.com dan Gramedia Digital memberikan diskon spesial yang nggak boleh kamu lewatkan!

PromoCek Promonya di Sini!

Khusus untuk kamu pengguna bank BNI, kamu bisa mendapatkan diskon 30% untuk pembelian minimal Rp250.000, lho! Jangan lupa gunakan kode “BNIBUKU30” saat checkout ya.

PromoCek Promonya di Sini!

Eits, untuk kamu pengguna bank CIMB Niaga, kamu juga bisa dapat diskon 30% dengan minimal transaksi Rp200.000. Masukkan kode “CIMBBUKU30” dan dapatkan potongan harganya!

Untuk kamu penggemar baca buku digital, Gramedia Digital juga memberikan diskon 30% untuk seluruh Premium Package, supaya kamu bisa baca ratusan ribu buku, majalah, dan koran digital! Bagaimana caranya bisa baca banyak buku sekaligus? Coba cek di bawah ini ya!

PromoCek Promonya di Sini!

Diskon di atas berlaku dari tanggal 17-19 Mei 2022 saja, lho! Jadi, pastikan kamu catat tanggalnya dan jangan sampai kelewatan dengan diskonnya. Ssst, bocoran nih, ternyata akan ada flash sale Premium Package Gramedia Digital menjadi diskon 50%, lho. Pantengin terus di ebooks.gramedia.com biar nggak ketinggalan infonya!

Oiya, masih ada banyak diskon dan promo spesial lainnya dari Gramedia.com yang bisa kamu temukan di bawah ini.

kumpulanTemukan Semua Promo Spesial di Sini!

Selamat Hari Buku Nasional dan selamat berbelanja buku, Grameds! 📚🥰


Sumber foto header: Tribunnews.com

Penulis: Almanda Jazroh Hardiyanti

15 Rekomendasi Novel Terbaik Berlatarkan Kisah Kelam Sejarah Indonesia

15 Rekomendasi Novel Terbaik Berlatarkan Kisah Kelam Sejarah Indonesia

Presiden pertama Indonesia yaitu Ir. Soekarno, pernah berkata bahwa,

Jangan pernah melupakan sejarah. Ini akan membuat dan mengubah siapa diri kita.

Baik atau buruknya sejarah telah menjadi bagian dari perjalanan hidup yang dapat menjadi pembelajaran untuk menatap masa depan. Dengan begitu, sejarah jadi hal yang sangat penting bagi kita untuk tidak melakukan kesalahan yang berulang. Mengetahui kisah masa lalu juga menjadi cara kita untuk menghargai jasa para pahlawan.

Kita bisa mengetahui dan mempelajari sejarah dengan menyenangkan, salah satunya dengan membaca novel. Beruntung, Gramedia.com punya banyak koleksinya. Novel-novel ini dapat memantik rasa ingin tahumu terhadap kisah kelam perjuangan bangsa Indonesia.

Beberapa novel fiksi ini bisa memberikan kamu gambaran akan suasana politik, adat budaya, sosial, dan lingkungan yang terjadi pada masa tersebut. Nah, berikut rekomendasi novel berlatarkan sejarah Indonesia untuk bisa kamu rasakan tegangnya kala itu lebih dalam.

15 Rekomendasi Novel Berlatarkan Kisah Kelam Sejarah Indonesia

1. Laut Bercerita – Leila S. Chudori

Kita semua tahu bahwa peristiwa yang dialami oleh negeri ini pada tahun 1998 sangat menguras emosi. Geliat perjuangan untuk melengserkan Orde Baru benar-benar menyesakkan hati.

rekomendasi
Rasakan Kelamnya, Beli Bukunya di Sini

Meski novel ini adalah fiksi, Laut Bercerita menunjukkan kepada pembacanya bahwa negeri ini pernah memasuki masa pemerintahan yang kelam. Novel ini didasarkan pada kisah dan obrolan nyata para aktivis pra-reformasi. Kala itu suara aktivis dibatasi, serta diberantas habis. Cerita ini membuat banyak pembaca meresapi fakta-fakta sejarah, akan apa yang terjadi pada masa itu.

Novel terbagi menjadi dua bagian dan dua sudut pandang. Menceritakan sosok Biru Laut, bagian pertama menunjukkan segala kepedihan dan ketakutan sebagai aktivis kritis yang berani menyuarakan isu sosial pada medio 1991 sampai 1998. Kelompoknya dianggap berbahaya, mereka pun ditangkap, dihukum secara fisik dan mental. Bagian kedua bercerita mengenai sosok keluarga yang kehilangan saudara, Asmara Jati, dimulai dengan tahun 2000 sampai 2007.


Baca juga: Novel Laut Bercerita Hadirkan Edisi Hard Cover di Tahun Kelimanya


2. Segala yang Diisap Langit – Pinto Anugerah

Buku ini berlatarkan kisah pada masa perang Padri di tahun 1800-an. Bukan tentang Tuanku Imam Bonjol atau perjuangan melawan Belanda kala itu, tapi tragedi yang menimpa keluarga-keluarga bangsawan Minangkabau, yang menjadi korban maupun pelaku perang Padri itu sendiri. Ada politik, alegori menohok, dan tentang kaum adat yang membawa ideologi kekerasan.

Tokoh utama di sini adalah Rabiah. Ia mempunyai kepribadian yang kuat dengan ambisinya yang tinggi dalam mematahkan mitos yang beredar, bahwa garis keturunan keluarga bangsawan Minangkabau akan putus pada generasi ketujuh. Apapun siap ia lakukan, tapi ternyata penghalang utama Rabiah malah kakak kesayangannya, Magek.

rekomendasi
Rasakan Kelamnya, Beli Bukunya di Sini

Setelah bergabung dengan Kaum Padri dari utara, Magek mengacungkan pedangnya ke arah Rubiah, siap menghancurkan semua yang dimilikinya dari harta, adat, keluarga, dan masa lalu.  

Novel ini menceritakan perubahan zaman dari kejayaan para bangsawan Minangkabau yang hidup dari tambang emas, menuju kekuasaan gerakan Kaum Padri di Sumatera Barat. Sang penulis memadukan data sejarah, data ingatan memori kolektif, data tentang mitos yang lahir dari peristiwa Padri, dengan kajian etnografis yang mendalam.

3. Tetralogi Buru – Pramoedya Ananta Toer

Tetralogi Buru yang diawali dengan cerita Bumi Manusia, merupakan seri novel yang sangat baik menjelaskan bagaimana diskriminasi terjadi pada bangsa kita pada zaman Hindia Belanda. Pram dengan baik memadukan antara kisah perjuangan di era kolonial, dengan kisah percintaan yang sakral. Layaknya membaca buku sejarah, namun dengan roman sebagai pemanisnya.

rekomendasi
Rasakan Kelamnya, Beli Bukunya di Sini

Kita akan mengetahui peliknya kisah Minke, baik itu perjuangannya lewat tulisan dan pikiran, serta kisah percintaannya dengan Annelies Mellema, perempuan keturunan Indo-Belanda. Minke merupakan pencetus pers pribumi dan pergerakan nasional. Minke berjuang melawan tradisi penjajahan kolonial tanpa melepaskan nilai-nilai kesopanan. Ada juga kisah perjuangan dari sosok Nyai Ontosoroh, wanita pribumi yang berusaha memertahankan usahanya yang telah ia bangun.

rekomendasi
Rasakan Kelamnya, Beli Bukunya di Sini

Kelanjutan kisah Minke bisa kamu ikuti lagi pada Anak Semua Bangsa yang menceritakan bagaimana Minke menyadari kesalahannya dalam mengambil sudut pandang. Kematian Annelies membuat pendiriannya berubah.

rekomendasi
Rasakan Kelamnya, Beli Bukunya di Sini

Buku Jejak Langkah melanjutkan usaha Minke dalam melawan Belanda. Ia lakukan itu lewat tulisan pada koran untuk mendapatkan banyak dukungan dari masyarakat pribumi. Usahanya dalam melawan penjajahan juga ia lakukan dengan aktif dalam organisasi, dan menghapus budaya feodal dari kehidupan kaum pribumi.

rekomendasi
Rasakan Kelamnya, Beli Bukunya di Sini

Terakhir, pada buku Rumah Kaca yang kali ini dituturkan lewat sosok seorang polisi yang ditugaskan mengamankan dan membungkam Minke. Polisi ini ternyata seorang pribumi yang juga mengagumi sosok Minke, namun ia dilema dalam tugasnya sebagai polisi Hindia-Belanda.


Baca juga: 6 Negara Pertama yang Mengakui Kemerdekaan Indonesia


4. Pulang – Leila S. Chudori

Novel ini bercerita mengenai perjalanan hidup tahanan politik eks peristiwa G30S tahun 1965, yaitu Dimas Suryo yang kini tinggal di Prancis. Ia berhasil selamat dari peristiwa pembersihan orang-orang ‘golongan kiri’.

rekomendasi
Rasakan Kelamnya, Beli Bukunya di Sini

Selama rezim Orde Baru masih berlangsung, ia tetap dianggap sebagai tahanan politik. Keinginan Dimas sebenarnya sederhana, hanya ingin pulang dan mati di tanah kelahirannya, Indonesia, tapi di situ saja ia tak lagi diterima. Apakah keinginan Dimas tersebut bisa terwujud?

Meski terdengar berat karena memiliki unsur politik yang kental, namun novel ini sangatlah mudah untuk dibaca berkat penuturan apik Leila. Tak perlu bahasa sastra yang tinggi, ia menjadikan karyanya sangat membumi.

kumpulanTemukan Semua Bukunya di Sini!

5. Sang Keris – Panji Sukma

Bukan dari sudut pandang tokoh manusia, tapi kamu akan mengikuti lewat sudut pandang sebuah keris, Kanjeng Kyai Karonsih. Kamu akan menjelajahi sejarah Indonesia lewat keris yang terus berpindah tangan sejak masa kerajaan, era kolonial, masa kemerdekaan, hingga ke abad 21 atau zaman modern.

rekomendasi
Rasakan Kelamnya, Beli Bukunya di Sini

Perjalanan sebilah keris yang terus berpindah tangan ini, membuat ada banyak tokoh yang muncul di tiap babnya, dengan cerita yang berbeda pula mengikuti era yang sedang berlangsung. Keris itu dikisahkan dalam sudut pandang orang kedua. Ada banyak kisah sejarah Indonesia di setiap babnya, dan keris itu menjadi saksi bisunya. Dari perebutan harta, tahta, juga wanita. Dan tak ketinggalan pada tiap pemilihan pemimpin politik.

6. Orang-Orang Proyek – Ahmad Tohari

” Dengan mental “orang-orang proyek” yang merajalela di mana-mana, bisakah orang berharap akan terbangun tatanan hidup yang punya masa depan? “

Menceritakan tentang idealisme dan integritas yang tinggi dari seorang insinyur bernama Kabul. Ia dipekerjakan sebagai pelaksana proyek jembatan pada masa Orde Baru. Namun ia dihadapkan pada realita, bahwa proyek jembatan tersebut telah menjadi ‘bancakan’, akibat budaya korupsi yang masif.

rekomendasi
Rasakan Kelamnya, Beli Bukunya di Sini

Hal ini memunculkan keraguan pada Kabul tentang standar mutu jembatan, karena biaya terus ditekan demi kepentingan pundi-pundi pribadi. Jika jembatan hanya sekadar jadi demi mengejar target, jembatan itu tak akan awet, dan proyek ini terasa sia-sia.

Penulis memperlihatkan bobroknya oknum pada masa tersebut yang terus menggerus biaya, untuk menjalankan suatu proyek hanya demi keuntungannya sendiri. Lalu apakah Kabul bisa tetap bertahan pada pekerjaannya ini?

7. Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk – Ahmad Tohari

Karya Ahmad Tohari yang satu ini juga sudah diadaptasi menjadi film berjudul Sang Penari yang rilis tahun 2011. Novel ini merupakan gabungan dari tiga buku seri, yaitu Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari, dan Jantera Bianglala, yang rilis pertama kali pada tahun 2003.

Menceritakan sosok Srintil, seorang ronggeng baru di Dukuh Paruk. Bagi pedukuhan yang miskin, terpencil dan bersahaja ini, ronggeng membuat kehidupan kembali menggeliat. Tanpanya, dukuh itu seperti kehilangan jati diri.

rekomendasi
Rasakan Kelamnya, Beli Bukunya di Sini

Srintil kemudian menjadi tokoh yang amat digandrungi. Cantik, menggoda, semua ingin menari bersamanya. Sayang, karena hal itu malah membuat Srintil harus rela menjadi objek seksualitas. Kebebasannya menjadi perempuan pun berakhir kala itu.

Peristiwa politik di tahun 1965 juga membuat dukuh ini hancur, baik secara fisik maupun mental. Mereka terbawa arus dan di cap ikut andil dalam peristiwa tersebut. Pengalaman pahit ini membuat Srintil sadar akan hakikatnya sebagai manusia. Karena itulah ia berniat memperbaiki citra dirinya. Apakah Srintil berhasil keluar dari stigma negatif seorang penari ronggeng?


Baca juga: 10 Rekomendasi Novel Klasik Indonesia yang Menarik untuk Dibaca


8. Tanah Surga Merah – Arafat Nur

Buku ini berlatarkan konflik politik di Nangroe Aceh Darussalam (NAD). Inti cerita ada pada gejolak politik lokal, tentang Murad, seorang mantan tentara Gerakan Aceh Merdeka (GAM), dan mantan anggota Partai Merah, yang pulang ke kampungnya setelah lima tahun melarikan diri, dan menemukan kenyataan-kenyataan yang tidak sepenuhnya bisa ia terima.

rekomendasi
Rasakan Kelamnya, Beli Bukunya di Sini

Partai Merah dianggap bisa membawa perdamaian di Aceh. Sayangnya, Murad kemudian menemukan orang-orang Partai Merah jauh berbeda dengan sifatnya saat berjuang dulu, setelah dilakukan perdamaian antara Aceh dan pemerintah Indonesia. Mereka semua dibutakan oleh jabatan, kekuasaan, harta, juga wanita.

Murad menerima banyak sekali tuduhan hingga membuatnya diburu banyak orang. Agar tak ketahuan, ia pun menyamar, bahkan ketika penyamarannya nyaris terbongkar, Jemala, gadis yang diam-diam jatuh hati padanya, dengan gagah menyelamatkan Murad sesaat sebelum musuh tiba. Bagaimanakah nasib Murad selanjutnya?

9. Amba – Laksmi Pamuntjak

Ini adalah kisah dua manusia, yaitu Amba dan Bhisma, di tengah ketegangan dan kekerasan politik setelah peristiwa G30S tahun 1965. Kisah cinta Amba dan Bhisma merupakan pengantar bagi pembacanya memasuki peristiwa mencekam di bulan September 1965. Di mana peristiwa G30S merupakan sejarah kelam dan berdarah yang pernah dialami bangsa ini.

rekomendasi
Rasakan Kelamnya, Beli Bukunya di Sini

Amba dan Bhisma dipaksa untuk berpisah karena situasi politik. Keikutsertaannya dalam G30S membuat kamu bisa melihat gambaran kehidupan tahanan politik yang diasingkan di Pulau Buru dalam kesengsaraan dan penantian untuk bisa pulang.

Amba adalah sebuah kisah pencarian romansa dua manusia di era Orba. Dengan apik, Laksmi menampilkan sejarah kelam bangsa, namun dibalut dengan manusia-manusia yang mencinta.

halamanTemukan Buku Lainnya di Sini!

10. Entrok – Okky Madasari

Entrok dengan gamblang memperlihatkan bagaimana sikap negara terhadap rakyat kecil pada masa Orde Baru. Marni, sangat menginginkan entrok atau bra. Pada masa itu, entrok bisa dikatakan sebagai pakaian orang berada.

Diawali keinginan besarnya, Marni bekerja keras dan menabung. Tak disangka, usaha kerasnya membuahkan hasil. Saat ini ia hidup serba berkecukupan dan telah berkeluarga.

rekomendasi
Rasakan Kelamnya, Beli Bukunya di Sini

Kisah dimulai ketika Marni yang masih memuja leluhur, tak pernah mengenal Tuhan. Berbeda pandangan dengan anaknya, Rahayu, generasi yang mengenyam bangku sekolah, pemeluk agama yang taat dan penjunjung akal sehat.

Selama bertahun-tahun, mereka hidup dalam perbedaan pemikiran, sampai akhirnya mereka menyadari ada kesamaan dalam hidup mereka, yaitu keduanya sama-sama menjadi korban orang-orang berkuasa, sama-sama melawan senjata.


Baca juga: Buku Biografi Tokoh-Tokoh Bangsa yang Menginspirasi


11. Max Havelaar – Multatuli

Multatuli atau Eduard Douwes Dekker, seorang anggota Dewan Pengawas Keuangan Pemerintah Belanda yang pertama kali ditempatkan di wilayah Batavia (Hindia-Belanda) pada 1840. Saat ditugaskan di wilayah Lebak, Banten, ia menolak tegas model pemerintahan Belanda.

rekomendasi
Rasakan Kelamnya, Beli Bukunya di Sini

Adanya ketidakadilan, perampasan, serta penjajahan menjadi kritik dan penolakannya. Ia menaruhkan perhatiannya kepada fenomena kelaparan, penderitaan, serta ketertindasan yang dialami rakyat pribumi di Hindia-Belanda. Buku ini ditulis Multatuli di Belgia pada tahun 1859 dan menjadi kritik tajam yang telah membuka mata publik dunia, tentang perihnya penindasan atau kolonialisme.

12. Gadis Kretek – Ratih Kumala

Dengan latar waktu dari periode penjajahan Belanda hingga kemerdekaan, para pembacanya akan dibawa berkenalan dengan perkembangan industri kretek di Indonesia.

rekomendasi
Rasakan Kelamnya, Beli Bukunya di Sini

Lebas, Karim, dan Tegar, yang merupakan pewaris Kretek Djagad Raja, sedang gelisah. Ayah mereka sekarat. Dalam penantian ajalnya, ia menyebut nama perempuan lain yang bukan istrinya, yaitu Jeng Yah.

Mereka memutuskan untuk menelusuri ke seluruh penjuru Jawa mencari Jeng Yah, sebelum sang ayah tiada. Perjalanan ini bagaikan napak tilas bisnis, serta menguak rahasia keluarga. Siapakah sebenarnya Jeng Yah? Apakah mereka berhasil menemukannya?


Baca juga: Novel Gadis Kretek akan Dijadikan Serial di Netflix


13. Burung – burung Manyar – Y.B. Mangunwijaya

Novel ini berlatar pada tahun 1934-1978 di Indonesia, sejak penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, perang kemerdekaan hingga masa Orde Baru. Ada Atik, perempuan berani dan pribadi yang aktif, ia bekerja membantu Sjahrir, seorang perintis dan revolusioner kemerdekaan Indonesia.

rekomendasi
Rasakan Kelamnya, Beli Bukunya di Sini

Selain itu, ada juga Teto, sang kekasih Atik yang bergabung dengan Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger atau KNIL, alias Tentara Kerajaan Hindia-Belanda. Kamu akan disuguhkan dinamika hubungan keduanya yang mengaduk emosi, namun juga memperlihatkan gambaran akan lingkungan sosial pada masa itu.

14. Teh dan Pengkhianat – Iksaka Banu

Berisi 13 cerita pendek yang memperlihatkan kita akan sejarah yang berwarna-warni. Semuanya berlatarkan

Menyelami Sejarah Kelam G30S/PKI lewat 5 Novel Best Seller Ini

Menyelami Sejarah Kelam G30S/PKI lewat 5 Novel Best Seller Ini

Gerakan 30 September 1965 atau lebih dikenal sebagai G30S/PKI merupakan peristiwa kelam bagi sejarah bangsa Indonesia. Peristiwa yang terjadi tepat tengah malam di penghujung September pada 53 tahun silam tersebut, hingga kini masih menyisakan luka mendalam, sebab masih terkesan “abu-abu”.

Namun seperti yang dikatakan oleh Soekarno yaitu Jasmerah, “Jangan Melupakan Sejarah”, masih terasa hingga kini. Nyata adanya karena sampai saat ini, pemberontakan PKI masih terdengar dalam balutan literasi sastra modern.

Seolah kejadian itu masih nyata dalam bayangan, 5 novel best seller dari penulis muda Indonesia ini mengusung latar tragedi berdarah G30S/PKI.

1. Pulang

Novel dari Leila S. Chudori ini merupakan salah satu novelnya yang lahir dengan pemberontakan G30S/PKI sebagai latarnya, hingga berpuncak pada reformasi 1998. Referensinya sungguh kaya.

Buku ini juga menautkan keindahan sastra dengan banyaknya kutipan dan referensi dari sastrawan terkenal, seperti Chairil Anwar, Lord Byron, T.S. Elliot, George Orwell, dan James Joyce. Pulang terus dicetak ulang dan masih menjadi incaran para penikmat sastra hingga saat ini.

bukuBaca dan Rasakan Kelamnya di Sini!

Semua bermula dari empat sekawan mantan wartawan yang menjadi buronan akibat pada masa itu. Wartawan adalah sesuatu yang menyinggung sentimentil politik. Akibat tidak mau nasibnya serupa dengan temannya yang tertangkap dan dinyatakan tewas, mereka meninggalkan Indonesia, dan memulai hidupnya di Paris.

Namun hidup tidak selurus itu, meski penuh ketidakadilan, Indonesia ternyata memiliki hal yang akan terus dirindukan.

2. Ronggeng Dukuh Paruk

Ingat salah satu film layar lebar yang berjudul Sang Penari? Film tersebut merupakan alih wahana dari novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari yang merupakan gabungan dari tiga buku seri, yaitu Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari, dan Jantera Bianglala. Begitu melegendanya novel ini hingga diterjemahkan ke berbagai bahasa.

Dengan latar waktu tahun 1960-an, cerita rakyat Ronggeng Dukuh Paruk menyajikan kegetiran dari desa kecil yang dirundung kemiskinan. Secara jelas pola pikir dan budaya masyarakat yang dipengaruhi oleh keadaan ekonomi dan tingkat pendidikan digambarkan secara jelas.

ronggengBaca dan Rasakan Kelamnya di Sini!

Menceritakan sosok Srintil, seorang ronggeng baru di Dukuh Paruk. Bagi pedukuhan yang miskin, terpencil dan bersahaja ini, ronggeng membuat kehidupan kembali menggeliat. Srintil menjadi tokoh yang amat digandrungi karena cantik, menggoda, dan semua ingin menari bersamanya. Sayang, karena hal itu malah membuat Srintil harus rela menjadi objek seksualitas. Kebebasannya menjadi perempuan pun berakhir kala itu.

Peristiwa politik di tahun 1965 juga membuat dukuh ini hancur, baik secara fisik maupun mental. Mereka terbawa arus dan di cap ikut andil dalam peristiwa tersebut. Pengalaman pahit ini membuat Srintil sadar akan hakikatnya sebagai manusia. Karena itulah ia berniat memperbaiki citra dirinya.


Baca juga: Rekomendasi Novel Terbaik Berlatarkan Kisah Kelam Sejarah Indonesia


3. Cantik itu Luka

Dengan riset yang kaya dan gaya bercerita yang lengkap dengan bumbu unsur-unsur magis, Eka Kurniawan menorehkan kisah dengan latar pemberontakan 1965 dengan begitu apik.

Atas novelnya ini, Eka meraih beberapa penghargaan termasuk World Readers pada 2016. Dengan alur maju-mundur, ia begitu piawai dalam menuturkan kepahitan masa pemberontakan kala itu.

Lewat novel ini, Eka mengisahkan nasib anak-anak manusia yang telah menjadi korban kekuasaan dan kutukan karma. Tentang seorang perempuan cantik keturunan Belanda bernama Dewi Ayu, yang menjadi korban kekejaman perang dan perebutan kekuasaan. Eka berusaha mengajak pembaca untuk menertawakan kesatiran dari kemalangan yang bertubi-tubi di masa itu.

cantikBaca dan Rasakan Kelamnya di Sini!

Dewi Ayu terpaksa harus bekerja memuaskan nafsu para tentara Jepang. Didesak juga oleh keadaan ia sebagai seorang tahanan, karena seorang turunan Indo-Belanda. Hal tersebut membuatnya melahirkan tiga putri yang tak kalah cantik namun tidak diketahui siapa dan yang mana ayahnya.

Melihat anaknya yang selalu digoda lelaki pun membuatnya kesal, dan kecantikan bisa membawa akibat buruk bagi anak-anaknya. Saat mengandung anak keempat, ia malah berdoa agar anaknya memiliki paras yang buruk atau jelek.

Melintas berbagai masa di Indonesia, cerita dalam novel ini menguak kutukan dan tragedi keluarga dibalut roman, kisah hantu, kekejaman politik, mitologi, dan petualangan.

4. Amba

Mengalir dari persoalan cinta, Amba sesungguhnya akan membawamu kepada persoalan politik berlatarkan 1965. Novel ini dikisahkan begitu padat dan kompleks oleh seorang Laksmi Pamuntjak.

Dari tangannya, novel ini telah mendunia, ia bahkan mendapat penghargaan sebagai Keynote Speaker dalam festival bergengsi di Jerman. Mulanya novel ini diterbitkan di tahun 2012 dalam bahasa Inggris, dengan judul The Question of Red, barulah kemudian terbit dalam versi bahasa Indonesia.

bukuBaca dan Rasakan Kelamnya di Sini!

Amba merupakan kisah tragedi yang disampaikan melalui kisah cinta, dari Amba dan Bhisma di hari-hari mencekam pada bulan September 1965, yang dipaksa harus berpisah karena situasi politik. Di mana hingga satu juta orang yang dituduh sebagai Komunis di Indonesia dibantai. Kamu akan melihat gambaran kehidupan tahanan yang diasingkan di Pulau Buru.

Laksmi mengajak kita memahami yang sebenarnya terjadi, dari sudut pandang mereka yang tidak sepenuhnya mengerti bahwa Pulau Buru mungkin adalah saksi bisu mereka yang diburu.

5. Gadis Kretek

Buku dari Ratih Kumala ini juga mengusung tema PKI dengan gaya penyampaian yang lebih ringan bila dibandingkan dengan novel lainnya di atas. Selain dilatari kisah cinta dari Gadis Kretek, adu sikut para pengusaha kretek juga turut mewarnai rangkaian peristiwa pasca G30S ini. Masa di mana partai Komunis dan semua jaringan di dalamnya ditangkap, ditembak, dan dibuang tanpa ampun.

gadisBaca dan Rasakan Kelamnya di Sini!

Diiringi Soeraja, pembaca akan diajak melihat kembali bahwa seorang yang buta politik pun dapat menjadi korban keganasan penduduk, dan aparat yang tidak terima dengan PKI. Selain itu, kamu juga akan dibawa berkenalan dengan perkembangan industri kretek di Indonesia.


Baca juga: Menguak Kebenaran Sejarah G30S/PKI dari Buku Ini


Karena bahkan hingga kini perihal PKI masih selalu menarik untuk dibicarakan, berkenalan kembali dengan sejarah tidak lagi membosankan karena novel-novel di atas siap menjadi mesin waktu, yang membawamu kembali kepada suasana menegangkan, di mana tumpah darah sungguh masih terjadi. Bahkan setelah Indonesia telah merdeka sekali pun.

Tertarik untuk mengenali sejarah Indonesia dengan cara yang lebih menyenangkan? Cek langsung buku-bukunya di Gramedia.com!

Mau tahu promo yang sedang berlangsung di Gramedia.com? Diskon menarik, special price, harga spesial pre-order, dan penawaran spesial lainnya? Coba tengok di bawah ini ya!

kumpulanTemukan Semua Promo Spesial di Sini!

Sekarang, beli apapun di Gramedia.com bisa pakai chat Whatsapp. Layanan terbaru dari Gramedia.com ini namanya “Pesan Antar”. Tinggal chat, lalu pilih pengiriman instant (khusus Jabodetabek) sehingga paketmu akan tiba di rumah lebih cepat. Coba sekarang!

PesanKlik untuk Info Lebih Lanjut dan Pesan Via Whatsapp!

Menguak Kebenaran Sejarah G30S/PKI dari Buku Ini

Menguak Kebenaran Sejarah G30S/PKI dari Buku Ini

Peristiwa G30S/PKI adalah sejarah kelam bangsa Indonesia yang tidak boleh terulang. Dahulu, setiap tanggal 30 September tepat pukul 10 pagi, film G30S/PKI wajib diputar dan ditonton oleh seluruh masyarakat Indonesia.

Peraturan ini dimaksudkan pemerintah guna mengenang peristiwa yang telah menggugurkan tujuh perwira tinggi militer Indonesia. Hingga akhirnya pada Oktober 1998, keharusan menonton film tersebut dihapus bersamaan dengan tumbangnya rezim Orde Baru. Film arahan sutradara Arifin C. Noer itu dianggap sebagai film yang tidak sepenuhnya menggambarkan peristiwa G30S PKI.

Sebagian besar generasi muda banyak yang tidak mengetahui bagaimana sebenarnya kronologi peristiwa G30S/PKI terjadi. Demi mengedukasi generasi muda, Presiden Joko Widodo pun telah menyetujui pembuatan ulang film G30S/PKI. Selain lewat film, kamu juga bisa mengetahui kebenaran sejarah peristiwa ini melalui buku-buku yang ditulis oleh penulis dan penerbit terpercaya.

Berikut Gramedia.com pilihkan referensi buku yang menguak kebenaran sejarah G30S/PKI. Sangat cocok dibaca bagi para generasi muda yang ingin mengetahui peristiwa ini secara mendalam.

1. Sarwo Edhie dan Peristiwa 1965

Lewat buku ini pembaca akan menemukan fakta-fakta cerita tentang tokoh politik penting pada tahun 1965 yaitu, Sarwo Edhie. Mulai dari bagaimana namanya bersama Soeharto menjadi terkenal setelah pergolakan politik pada tahun 1965 hingga peran Sarwo Edhie dalam peristiwa G30S/PKI.

Peristiwa sepanjang 1965-1966, dari pembubaran PKI dan pergantian presiden, melambungkan namanya sekaligus menjadi titik-balik perjalanan hidupnya. Sebagai komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat atau RPKAD, Kolonel Sarwo Edhie adalah salah satu tokoh yang memelopori operasi memusnahkan PKI.

sarwoBaca Sejarahnya Sekarang!

2. Sjam

Tidak jauh beda dengan buku pertama, buku yang disusun oleh tim Tempo ini akan mengungkap tokoh lain dalam peristiwa G30S/PKI yaitu, Sjam Kamaruzaman. Sjam adalah pria dengan lima nama alias. Ia adalah penduduk asli Tuban, Jawa Timur yang merupakan seorang atheis yang dikenal baik dalam membaca ayat-ayat Al Qur’an.

Dua tahun setelah aksi tahun 65, Sjam Kamaruzaman baru muncul di depan publik kala menjadi saksi dalam pengadilan Sudisman, Sekretaris Jenderal Partai Komunis Indonesia. Padahal, keberadaan dia sebelumnya tidak sepenuhnya dipercaya, karena Biro Chusus atau badan rahasia PKI yang dipimpinnya diduga hanya khayalan tentara untuk memudahkan Soeharto memusnahkan partai komunis itu.

bukuBaca Sejarahnya Sekarang!

Tapi, ia mengaku memimpin Biro Chusus dan merencanakan aksi rahasia G30S, mempengaruhi anggota tentara agar mendukung PKI, dan punya akses ke kalangan militer. Dalam buku ini akan terungkap, apakah Sjam adalah seorang agen ganda atau hanya sebagai pengikut setia Ketua PKI, D.N. Aidit? Tragedi G30S adalah misteri yang rahasianya belum terungkap sepenuhnya dan Sjam Kamaruzaman adalah sosok penting dalam kekacauan peristiwa tersebut.


Baca juga: Rekomendasi Novel Terbaik Berlatarkan Kisah Kelam Sejarah Indonesia


3. Njoto

Terlepas dari buku-buku Orde Baru yang memberatkan semua anggota PKI, Njoto adalah seorang politisi senior PKI yang namanya tak terdengar dan bahkan dikesampingkan oleh para sejarawan. Ia mahir bermain biola dan saksfon, menikmati musik simfoni, menonton teater, dan menulis puisi yang tak melulu pro-rakyat.

Sebenarnya, Njoto memiliki peran penting dalam peristiwa tersebut. Namanya dikesampingkan karena sejarawan tidak menemukan keterlibatan Njoto dalam aksi revolusioner ini dan juga karena ia memiliki hubungan yang terlalu dekat dengan Presiden Soekarno.

bukuBaca Sejarahnya Sekarang!

4. G30S dan Asia

Berbagai pertanyaan seperti benarkah Tiongkok ikut terlibat dalam G30S? Bagaimanakah Korea Utara dan Korea Selatan menanggapi G30S? Negara mana yang paling diuntungkan setelah G30S? Mengapa Jepang sangat diuntungkan pasca G30S?

Semua jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas dapat ditemukan dalam buku ini. Buku yang ditulis Aiko Kurasawa ini bermaksud menguraikan peristiwa G30S dari perspektif dinamika pergeseran politik di Asia. G30S ternyata berpengaruh terhadap perubahan peta politik negara-negara di Asia dalam menentukan sikap terhadap pengaruh ideologi komunis dan kapitalis.

g30sBaca Sejarahnya Sekarang!

Sembilan tulisan yang dikumpulkan dalam buku ini dapat dibagi menjadi dua bagian. Pertama, mengenai respons dan keterlibatan masing-masing pemerintah dan masyarakat. Kedua, fokus terhadap pemberitaan media di beberapa negara di Asia.

Selain itu, ada delapan negara yang dibahas di buku ini, yaitu Jepang, Korea Utara, Korea Selatan, Tiongkok, Taiwan, Malaysia, Filipina, dan Vietnam. Buku ini merupakan buku pertama yang membahas G30S dalam dimensi politik di Asia.


Baca juga: Menyelami Sejarah Kelam G30S/PKI lewat 5 Novel Best Seller Ini


Penting untuk mengetahui kebenaran dan mempelajari sejarah kelam bangsa Indonesia. Peristiwa berdarah, G30S/PKI sejatinya memang tidak boleh dilupakan dan menjadi pembelajaran agar kelak tidak terulang kembali.

Tertarik untuk membaca buku-bukunya? Bisa langsung cek di Gramedia.com.

Mau tahu promo yang sedang berlangsung di Gramedia.com? Diskon menarik, special price, harga spesial pre-order, dan penawaran spesial lainnya? Coba tengok di bawah ini ya!

kumpulanTemukan Semua Promo Spesial di Sini!

Sekarang, beli apapun di Gramedia.com bisa pakai chat Whatsapp. Layanan terbaru dari Gramedia.com ini namanya “Pesan Antar”. Tinggal chat, lalu pilih pengiriman instant (khusus Jabodetabek) sehingga paketmu akan tiba di rumah lebih cepat. Coba sekarang!

PesanKlik untuk Info Lebih Lanjut dan Pesan Via Whatsapp!


Header image source: Joop Morieed via tribunal1965.org

Trilogi Fantasi Berdasarkan Sejarah Cina

The Poppy War: Trilogi Fantasi Berdasarkan Sejarah Cina

Literatur Asia, terutama literatur Cina, menjadi semakin populer akhir-akhir ini. Sebut saja salah satunya These Violent Delights karya Chloe Gong yang merupakan saduran dari Romeo Juliet karya William Shakespeare yang berlatar di Cina. Nah, kali ini ada juga kisah yang berlatar di Cina namun berdasarkan kisah nyata, lho!

Kisah yang Admin maksud adalah kisah perang opium yang terjadi di Cina. Kisah dari perang ini menjadi salah satu bagian penting dari trilogi yang ditulis oleh Rebecca F. Kuang. Triloginya adalah The Poppy War, The Dragon Republic, dan The Burning God. The Poppy War dan The Dragon Republic sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan sudah diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama. Emangnya tentang apa sih cerita trilogi tersebut? Nah, sebelum kita tahu lebih banyak tentang ceritanya, ada baiknya Admin kenalin dulu sama pembuat ceritanya.

Sekilas tentang Rebecca F. Kuang

Sebelum baca-baca tentang cerita dari kedua buku ini, ada baiknya kita berkenalan dulu dengan sang pembuatnya yaitu Rebecca F. Kuang. Rebecca adalah seorang wanita yang berasal dari Cina dan sudah tinggal lama di Amerika. Keluarganya bermigrasi ke Amerika Serikat dari Guangzhou pada saat dirinya berumur empat tahun.

Rebecca F. Kuang (sumber: lithub.com)

Besar di Dallas, Texas, ia bersekolah di Sekolah Greenhill, sebuah sekolah lokal dan lulus pada tahun 2013. Ia kemudian berkuliah di Universitas Georgetown. Ia mendaftar di situ karena tertarik dengan tim debat yang ada pada kampus itu. Di masa kuliahnya ini jugalah penulis hebat lahir. Rebecca mulai menulis The Poppy War saat dirinya sedang berada di bangku kuliah, ketika ia sedang gap year di negara kelahirannya, yaitu Cina. Ia kemudian melanjutkan kuliahnya lagi di Kampus Magdalene, Cambridge, dan mendapat gelar Magister Filsafat di bidang Literatur Cina. Ia juga kemudian belajar di Universitas Oxford dan mendapat gelar Master di bidang Studi Cina Kontemporer. Kini, ia mengejar gelar PhD di bidang Bahasa dan Literatur Asia Timur di Universitas Yale untuk mempelajari diaspora, literatur Cina kontemporer, dan literatur Asia-Amerika.

Walau sebagai penulis dengan buku predikat best-seller, Rebecca memilih untuk tidak menjadi penulis novel purnawaktu karena dirinya lebih suka mengajar dan sekaligus ingin belajar lebih banyak hal. Akademis juga menjadi hal penting dalam penulisannya karena cerita-ceritanya datang dari penelitian akademis dan studi sejarah. Patut dicontoh banget, nih, tidak lupa dengan pendidikan dan ingin belajar banyak hal baru!

Inspirasi Penulisan The Poppy War dan The Dragon Republic

Sudah disebutkan sebelumnya kalau Rebecca menulis saat sedang gap year di Cina. Saat di Cina, ia juga mengajarkan debat dan saat itulah juga ia mulai menulis The Poppy War. Draf pertama dari cerita ini muncul setelah Rebecca membaca tentang Pembantaian Namjing yang terjadi pada 1930 di masa perang Tiongkok-Jepang. Inspirasi utama cerita ini diambil dari Perang Tiongkok-Jepang Kedua dengan latar fantasi. Bahkan karakternya juga terinspirasi dari beberapa tokoh Cina seperti Mao Zedong, tokoh komunis Cina, dan Chiang Ching Kuo, mantan diktator Cina yang demokratis.

Judul bukunya sendiri, The Poppy War yang diterjemahkan ke Indonesia menjadi Perang Opium merupakan kejadian yang pernah terjadi di Cina pada tahun 1800-an. Pada saat itu, Inggris berusaha menciptakan pasar perdagangan baru di Cina Namun di masa itu, Cina melarang impor barang dari luar negeri. Inggris pun akhirnya menemukan cara, yaitu dengan menjual opium, sehingga warga Cina pun banyak yang kecanduan narkoba tersebut dan Inggris meraih banyak keuntungan. Melihat efek negatif yang ditimbulkan, Cina pun melarang penjualan opium dan mengirim surat ke pemerintah Inggris beserta banyak peti opium yang siap dijual. Kejadian ini pun memicu perang tersebut.

Untuk buku keduanya sendiri yaitu The Dragon Republic mengambil inspirasi dari Perang Saudara di Cina. Pada saat itu, partai nasionalis dibawah Chiang Kai-shek dan partai komunis dibawah Mao Zedong berperang satu sama lain. Partai nasionalis ingin merubah sistem politik menjadi demokratis atau republik sedangkan partai komunis ingin menyebarkan ideologi komunisnya lebih luas.

Bagi para pecinta sejarah, membaca kedua seri buku ini dan memahami konteks sejarah yang diceritakan pasti akan senang saat membacanya karena walaupun ceritanya dibalut fantasi, Rebecca menuliskan ceritanya dengan akurasi sejarah yang tepat!

PoppyBeli Bukunya Sekarang!

Tokoh utama dari cerita ini adalah Rin, seorang anak perempuan yang menjadi anak yatim piatu dikarenakan perang. Rin bekerja di toko yang menjual opium ilegal. Rin tinggal bersama keluarga angkat yang bernama keluarga Feng di kota Tikanny. Suatu hari, mereka berniat menjodohkan Rin dengan seorang saudagar kaya yang umurnya tiga kali lipat lebih tua daripada dirinya. Tentu saja ia menolak karena ingin melakukan banyak hal untuk masa depannya, salah satunya adalah mengikuti ujian Keju, yang diharapkan dapat memberikannya beasiswa untuk masuk ke sekolah militer Sinegard yang berlokasi di kota Nika.

Ia pun akhirnya berhasil masuk Sinegard dengan menempati peringkat pertama dan lulus dengan nilai terbaik. Namun, harapan tidak seindah dengan kenyataan. Di Sinegard, ia ditempa dengan cara yang sangat kejam. Bukan itu saja, dia menjadi bulan-bulanan karena menjadi satu-satunya anak miskin di antara para kaum elit. Dengan tekad tinggi untuk tidak kembali ke tempat asalnya, ia pun belajar bela diri ke guru yang sering dianggap gila oleh muridnya.

Melalui pengajaran itu, Rin mengetahui kalau dirinya ternyata punya kekuatan supernatural! Takut dengan kekuatan yang dimilikinya, Rin kemudian diselamatkan oleh Jiang yang kemudian diajarkan ilmu untuk berkomunikasi dengan dewa. Suatu hari, Perang Opium kembali pecah dan Rin melihat temannya dibantai satu per satu. Melihat itu, amarahnya pun timbul dan koneksinya dengan Dewa Phoenix, dewa dendam dan murka muncul. Bagaimana Rin akan mengendalikan kekuatannya dan apa yang akan terjadi dengan dirinya dan Dewa Phoenix? Beli bukunya untuk cari tahu!

PoppyBeli Bukunya Sekarang!

Melanjutkan cerita dari Perang Opium, Rin, yang sedang dalam pelarian menyesali banyak hal–mulai dari hal yang dia lakukan untuk mengakhiri perang, kecanduan opium, dan menghindar dari Dewa Phoenix, si dewa pendendam. Alasannya lari dan tetap hidup adalah untuk membalas dendam kepada Sang Maharani kota Nikan yang mengkhianati tanah airnya.

Tidak menemukan cara lain untuk membalas dendam, Rin akhirnya menemukan satu-satunya cara, yaitu bergabung dengan panglima perang naga yang memiliki rencana sendiri terhadap Nikan.

Namun ternyata Sang Maharani merupakan musuh yang kuat dan motivasi sang panglima tidak sedemokratis yang Rin pikirkan. Rin takut setelah mengetahui lebih banyak hal, itu akan membuatnya lebih bergantung kepada kekuatan dewanya karena ia rela melakukan apa pun demi kota Nikan tercintanya. Apa yang akan Rin lakukan demi mengembalikan Nikan? Beli bukunya segera!

Buat yang tertarik baca buku fiksi sejarah milik Rebecca F. Kuang ini, kebetulan banget, nih, sekarang lagi ada promo, lho! Kalian bisa membelinya dengan harga lebih murah karena sedang ada diskon 20%. Promo ini berlaku sampai 8 Desember nanti, jadi kalian jangan sampai kelewatan ya kalau tertarik dengan ceritanya!

PoppyCek Promonya di Sini!

Jangan lupakan juga penawaran spesial lainnya dari Gramedia.com hanya untuk kamu. Cek promonya di bawah ini yang bisa kamu gunakan agar belanja jadi lebih hemat! ⤵️

kumpulanTemukan Semua Promo Spesial di Sini!


Sumber header: Gramedia.com

Penulis: Mohammad Fachrul Rozy

Jejak Sejarah dalam Arsip 60 Tahun

Majalah Intisari Edisi Perdana: Jejak Sejarah dalam Arsip 60 Tahun

Grameds, ada yang tertarik nggak dengan topik Human Interest? Untuk kamu yang tertarik, Majalah Intisari harus menjadi salah satu wishlist bacaan kamu. Selama 60 tahun, Majalah Intisari tetap eksis di masyarakat sebagai majalah yang menawarkan tulisan-tulisan berkualitas.

Sebagai bentuk perayaan ulang tahun yang ke-60, Majalah Intisari kembali menerbitkan Edisi Perdana 1963 dengan mempertahankan keautentikannya tanpa mengubah ejaan dan bahasan di dalamnya. Itikad ini sebagai bentuk komitmen Kompas Gramedia dalam melestarikan sejarah sekaligus memperkenalkan edisi perdana ini kepada para pembaca yang lebih muda.

Walaupun sekarang terbilang era yang modern dengan pemikiran generasi muda yang sudah mulai berubah, tak ada salahnya mengenal sejarah dan mempelajarinya bukan? Jika kamu adalah salah satu anak Millenial atau Gen Z dan tidak mengetahui majalah ini. Mari ikuti petualangan seru mengenal Majalah Intisari.

Menilik Lebih Jauh Majalah Intisari

Intisari menjadi majalah bulanan pertama kali di Indonesia yang terbit pada 17 Agustus 1963. Dengan sejarah yang kaya dan usia yang sudah mencapai hampir enam dekade, majalah ini telah berhasil beradaptasi dengan perkembangan zaman dan tetap relevan dengan pembaca masa kini.

Intisari juga menjadi pelopor dalam Kompas Gramedia Group yang memiliki visi besar untuk mempersepsikan perannya dalam membentuk masyarakat Indonesia yang baru. Majalah ini berperan dalam reformasi sosial dan budaya, mendukung demokrasi, serta mengakui keberagaman tanpa diskriminasi.

Inisiatif Intisari menggabungkan hiburan dengan edukasi, dan peran strategisnya dalam membentuk budaya dan masyarakat Indonesia menjadikannya sebuah entitas yang memiliki dampak jangka panjang dalam sejarah media Indonesia.Isi majalah ini meliputi topik-topik menarik seputar sejarah, kebugaran, dan gaya hidup sehat.

bukuPesan Sekarang!

Hadirnya Kembali Majalah Intisari Edisi Perdana

Dengan kembalinya edisi perdana majalah ini, Grameds akan membuka lembaran sejarah yang mungkin belum pernah kamu saksikan sebelumnya. Kamu akan merasakan sensasi membaca dengan ejaan lama yang otentik, seakan kamu berada pada tahun 1963.

Namun, bukan hanya itu! Grameds tidak hanya akan menjadi penonton pasif, tetapi akan menjadi bagian aktif dari perjalanan ini. Grameds akan diajak berpetualang melalui 32 kisah menarik yang ditulis oleh penulis berpengalaman dan tokoh penting. Kamu dapat memilih kisah mana yang ingin kamu ikuti, membuat pengalaman membaca menjadi lebih interaktif.

Majalah Intisari Edisi Perdana (Dok. Gramedia)

Tidak hanya itu, Grameds yang penasaran dengan akar sejarah majalah ini akan diajak untuk menyelami tulisan pertama dari dua pendiri Intisari, yaitu Auwjong Pen Koen dan Jakob Oetama. Melalui tulisan-tulisan mereka, kamu akan meresapi pemikiran dan visi yang membentuk pondasi majalah ini.

Pre Order Majalah Intisari, Pesan Sebelum Kehabisan!

Untuk merasakan euforia tempo dulu, jangan lewatkan periode pre order dari tanggal 10 hingga 24 Agustus 2023 ekslusif di Gramedia.com. Harga satu majalah Intisari edisi pertama dibanderol seharga Rp 75.000. Ini adalah kesempatan langka untuk menikmati sejarah di tengah pemikiran modern

Ayo, Grameds! Klik banner di bawah ini dan jadilah bagian dari perjalanan sejarah yang tak terlupakan bersama Majalah Intisari edisi perdana. Nikmati sensasi membaca yang otentik dan interaktif, serta temukan makna sejarah yang tersembunyi di dalamnya!

bukuPesan Sekarang!


Penulis: Naela Marcelina

Editor: Puteri C. Anasta