Novel Laut Bercerita Hadirkan Edisi Hard Cover di Tahun Kelimanya

Novel Laut Bercerita Hadirkan Edisi Hard Cover di Tahun Kelimanya

Di usianya yang kelima, novel Laut Bercerita menghadirkan cetakan ke-46 dengan edisi hard cover dan sampul baru. Edisi spesial ini mendapatkan respon positif dan antusiasme dari para pecinta buku, terutama penggemar karya sang penulis, yakni Leila S. Chudori.

Novel Laut Bercerita mengangkat isu tentang era reformasi di tahun 1998 dengan memasukkan tema persahabatan, percintaan, dan kekeluarga. Meski bergenre historical fiction, sang penulis tetap melakukan riset mendalam dengan mewawancarai para korban yang kembali atau kerabat mereka. Maka dari itu, novel ini membuat para pembaca seolah membaca fakta dengan balutan fiksi.

Sang penulis juga menambahkan bahwa ia menyelesaikan novel ini kurang lebih selama lima tahun. Dengan persiapan yang begitu matang, novel yang pertama kali diterbitkan pada tahun 2017 ini sukses membuat para pembaca seolah masuk dan ikut melihat kejadian yang dialami para tokoh.

BukuBaca Sekarang di Sini!

Di tahun 2020, Leila bersama novel Laut Bercerita sukses memenangkan penghargaan di SEA Write Award. Tak hanya itu, masih di tahun yang sama, novel ini juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh John McGlynn dari Penguin Random House dengan judul The Sea Speaks His Name.

Sinopsis Novel Laut Bercerita

Laut Bercerita mengisahkan tentang kekejaman yang diterima oleh para aktivis mahasiswa pada masa Orde Baru di tahun 1998, di mana mereka banyak mendapatkan ancaman bahkan diculik dan disiksa. Novel ini mengambil dua sudut pandang tokoh, yakni Biru Laut dan adiknya yang bernama Asmara Jati.

Pada bagian pertama, kita akan melihat dari sudut pandang Biru Laut Wibisono atau yang biasa dipanggil Laut. Ia merupakan salah satu aktivis mahasiswa yang juga tertarik pada dunia sastra. Ia juga gemar membaca buku karya Pramoedya Ananta Toer yang saat itu dilarang beredar di Indonesia. Namun, ia nekat untuk memfotokopi buku-buku tersebut.

Di tempat fotokopi itulah ia bertemu dengan Kinan yang memperkenalkan Laut dengan organisasi Winatra dan Wirasena. Di organisasi tersebut, ia mulai aktif melakukan diskusi buku-buku kiri bersama teman-temannya, yakni Kinan, Sunu, Alex, Daniel, Sang Penyair, Gusti, Ahmad, Coki, dan Naratama.

BukuBaca Sekarang di Sini!

Novel ini akan membawa para pembaca ke masa di mana Laut dan teman-temannya melakukan aksi membela rakyat, seperti saat mereka membantu rakyat untuk menanam jagung di Blangguan. Lalu ke masa saat Laut menjadi buron, hingga saat Laut dan teman-temannya diculik dan dipenjara. Tak hanya itu, para pembaca juga bisa ikut merasakan pedihnya melihat Laut dan teman-temannya saat harus diringkus.

Penculikan Laut tentu meninggalkan luka bagi keluarga dan kekasihnya, Anjani. Keluarga Laut memiliki ritual khusus setiap hari Minggu. Hari tersebut akan menjadi hari yang ditunggu-tunggu karena mereka akan masak tengkleng dan menghabiskan waktu bersama. Hingga pada saat Laut diculik dan tak ada kabar pun, sang bapak masih menyimpan empat piring di meja makan dan berharap Laut datang untuk makan bersama mereka.

Kemudian, di bagian kedua, kita akan melihat sudut pandang dari adik Laut, yakni Asmara Jati. Asmara bersama kerabat para korban penculikan yang lain mengupayakan untuk mencari petunjuk di mana para mahasiswa yang diculik itu berada.

BukuBeli Versi Soft Cover di Sini!

Buku Laut Bercerita juga bisa kamu dapatkan dalam versi e-book di sini >>> Laut Bercerita

Novel Laut Bercerita Diangkat Menjadi Film Pendek

Novel Laut Bercerita juga telah diadaptasi menjadi sebuah film pendek yang disutradarai oleh Pritagita Arianegara dan dibintangi oleh Reza Rahadian sebagai Biru Laut, Ayushita sebagai Asmara Jati, dan Dian Sastrowardoyo sebagai Anjani. Selain itu, ada pula tokoh pendukung lainnya yang diperankan oleh Tio Pakusadewo, Lukman Sardi, Tanta Ginting, dan Ade Firman Hakim.

Awalnya, film ini berdurasi sekitar 10 menit, tetapi sang sutradara menyarankan untuk menambahkan beberapa adegan untuk mendukung emosi film tersebut. Setelah melalui proses editing, film ini akhirnya berdurasi 30 menit.

Hingga kini, sang penulis kerap mengadakan nonton bersama dengan para penggemar novel Laut Bercerita dan dilanjutkan dengan acara diskusi buku. Acara nonton bersama ini sangat terbatas kuotanya, sehingga seringkali tiket nonton bersama ini sering menjadi rebutan.

Sekarang, mari kita berkenalan dengan karya-karya apik lainnya dari Leila S. Chudori.Perempuan kelahiran 12 Desember 1962 ini sudah banyak mengeluarkan buku-buku dan skenario yang membawanya mendapatkan berbagai penghargaan.

Buku karya Leila S. Chudori antara lain adalah Kelopak-kelopak yang Berguguran (1984), Malam Terakhir: Kumpulan Cerpen (1989), 9 Dari Nadira (2009), Pulang: Sebuah Novel (2012), dan Laut Bercerita (2017). Ia juga menjadi editor dalam buku Menagerie 2 (1993) bersama John MCglynn dan Bahasa! Kumpulan Tulisan Majalah Tempo (2008) bersama Bambang Bujono.

BukuBaca Sekarang di sini!

Malam Terakhir merupakan buku kumpulan cerita pendek yang membahas berbagai isu kehidupan, mulai dari tentang perempuan, keyakinan, hingga politik.

Buku ini juga bisa kamu baca dalam versi e-book di sini >>> Malam Terakhir

BukuBaca Sekarang di sini!

Pulang juga menjadi novel fiksi terdepan dari Leila selain Laut Bercerita. Novel ini berlatarbelakang pada masa pemberontakan G30S hingga masa Reformasi 1998, tentang wartawan yang menjadi buronan dan harus meninggalkan Indonesia, namun Indonesia ternyata memiliki hal yang akan terus dirindukan.

Buku Pulang juga bisa kamu dapatkan dalam versi e-book di sini >>> Pulang

BukuBaca Sekarang di sini!

Nadira merupakan buku kumpulan cerpen yang mengisahkan tentang seorang wartawan perempuan yang mengalami berbagai gejolak dalam kehidupannya.

Tak hanya buku, Leila juga pernah menjadi penulis skenario sebuah drama televisi berjudul Dunia Tanpa Koma (2006) dan sebuah film pendek berjudul Drupadi (2009). Di tahun 2006, ia mendapatkan penghargaan sebagai Penulis Skenario Drama Televisi Terpuji dengan karya skenarionya yang berjudul Dunia Tanpa Koma. Selain itu, ia juga mendapatkan Penghargaan Sastra Badan bahasa Indonesia dengan bukunya yang berjudul 9 Dari Nadira pada tahun 2011.

LeilaKlik untuk Temukan Karya Leila S. Chudori Lainnya!

Pre-Order Laut Bercerita Edisi Hard Cover dengan Bonus Melimpah

Di ulang tahunnya yang kelima ini, novel Laut Bercerita menghadirkan edisi hard cover dengan sampul terbaru. Tak hanya itu, pembaca yang ikut pre-order juga akan mendapatkan surat kepada Laut Biru dan 10 ilustrasi postcard para tokoh. Surat dan postcard tersebut dilukiskan dengan sangat apik oleh Yuyun Nurrachman.

Eits, masih ada bonus lainnya bagi pembeli yang ikut pre-order, lho! Kalian juga akan mendapatkan tanda tangan penulis Leila S. Chudori dan live Zoom untuk ngobrol bersama beliau. Akan ada pula potongan ongkos kirim dari KGXpress sebesar Rp5.000 ke seluruh Indonesia. Kamu hanya perlu menggunakan kode “LAUTBERCERITAKGX5” saat checkout nanti, ya!

POSegera Pesan di Sini!

Masa pre-order ini hanya berlaku pada tanggal 18 – 21 Juli 2022 saja, lho. So, jangan sampai terlewat, ya!


Jangan lewatkan promo menarik lainnya dari Gramedia.com. Kamu bisa mendapatkan diskon dan bonus untuk produk-produk pilihan, lho. Buruan cek sekarang dengan klik gambar di bawah ini.

kumpulanTemukan Semua Promo Spesial di Sini!


Sumber foto header: Dok. Gramedia.com

Penulis: Almanda Jazroh Hardiyanti

Buku-buku Remy Sylado Hadir dengan Cover Baru, Beli Semua Bonus Tote Bag!

Buku-buku Remy Sylado Hadir dengan Cover Baru, Beli Semua Bonus Tote Bag!

Halo, Grameds!🙋‍♂️

Admin hadir lagi dengan penawaran superspesial khusus untuk Grameds penggemar karya-karya sastra Indonesia. Buku-buku yang ditawarkan dengan harga spesial ini wajib banget ada dalam wishlist Grameds!

Hadir kembali dengan cover baru yang keren, buku-buku legendaris karya Remy Sylado sudah siap kamu pesan untuk  menghiasi rak buku kamu. Eits, nggak cuma menghiasi, tentunya siap kamu baca juga, ya!

Sebelum Admin bahas buku-bukunya, kita kenalan dulu, yuk, sama Pak Remy Sylado.👀

Profil Remy Sylado, Legenda Sastra Indonesia

Sumber: Kompas.com

Mengambil nama pena Remy Sylado, Japi Panda Abdiel Tambajong mengawali kariernya sebagai seorang wartawan di majalah Tempo pada tahun 1965. Kemudian, beliau menjadi seorang redaktur di majalah Aktuil Bandung di tahun 1970. Selang setahun kemudian, ia mulai mengajar di Akademi Sinematografi Bandung.

Tidak hanya terkenal dalam bidang sastra, Remy Sylado juga dikenal sebagai penyanyi dan aktor kawakan. Namanya sempat beberapa kali dinominasikan dalam Festival Film Indonesia sebagai Pemeran Pendukung Pria Terbaik. Beberapa karya Remy Sylado juga telah dialihwahanakan menjadi film layar lebar. Salah satu yang populer adalah Ca-bau-kan (2002) yang diangkat dari novel berjudul sama, Ca-bau-kan: Hanya Sebuah Dosa (1999).

Remy Sylado menghembuskan napas terakhirnya tanggal 12 Desember 2022 silam, menggoreskan duka pada semua penggemarnya, terutama di skena sastra Indonesia. Namun, tentu saja karyanya tak pernah mati. Karya-karya Remy Sylado terkenal unik dan istimewa, sarat dengan diksi-diksi Indonesia yang sudah lama tak terdengar, serta didukung riset yang sangat baik dan lengkap.

Empat karyanya kini dapat kamu koleksi dalam balutan cover baru yang cantik. Mari simak ulasan buku-buku Remy Sylado berikut ini!

Buku-buku Remy Sylado

Puisi Mbeling

Puisi mbeling adalah bagian gerakan mbeling yang dicetuskan oleh Remy Sylado, suatu gerakan yang dimaksudkan untuk mendobrak sikap rezim Orde Baru yang dianggap feodal dan munafik.

SOBeli di Sini!

Penjelasan di atas merupakan kutipan yang diambil dari sekapur sirih di cetakan pertama buku Puisi Mbeling karya Remy Sylado. Dalam bahasa Jawa, mbeling berarti nakal atau suka memberontak terhadap kemapanan dengan cara-cara yang menarik perhatian. Hal ini dijelaskan oleh mendiang Remy sendiri dalam salah satu wawancara di tahun 2004 silam.

Dalam buku puisi ini, terdapat 143 puisi Remy Sylado, yang ditulis dam dipilih oleh beliau sendiri, dari tahun 1971 sampai 2003. Dalam puisi-puisi yang mampu membuat kita tertawa ini, banyak pesan tersirat yang berisi kritik terhadap sikap-sikap munafik para pemimpin bangsa dan masyarakat.

Ca-bau-kan: Hanya Sebuah Dosa

SOBeli di Sini!

Pertama kali terbit di tahun 1999, Ca-bau-kan: Hanya Sebuah Dosa merupakan salah satu karya Remy Sylado yang paling terkenal. Bahkan, novel roman ini juga telah diangkat menjadi film layar lebar.

Ca-bau-kan: Hanya Sebuah Dosa merupakan kisah cinta antara perempuan Betawi dan seorang pedagang Tionghoa, yang mengambil setting di awal abad ke-20 sampai Indonesia pascakemerdekaan. Ca-bau-kan sendiri merupakan istilah untuk perempuan penghibur bagi masyarakat Tionghoa. Dalam kompleksitas novel ini, Remy Sylado tidak hanya menceritakan kisah roman yang menggugah hati, tapi juga mengupas peran masyarakat Tionghoa dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.

Parijs van Java

SOBeli di Sini!

Mengambil latar di Bandung pada tahun 1920-an, novel roman ini berkisah tentang kisah Gertruida, seorang wanita berdarah Belanda-Amerika, yang menjalani jatuh bangun kehidupannya dengan darah, keringat, dan air mata. Karena suatu alasan, Gertruida dan kekasihnya memutuskan untuk kabur dari Belanda ke Bandung, kota yang dijuluki Paris van Java.

Bandung pada era itu sedang mengalami banyak perubahan. Mulai dari liberalisasi perkebunan, sampai adanya pariwisata yang berkaitan dengan seks. Kehidupan kolonial Belanda juga digambarkan dalam buku ini. Seluk beluk Bandung di masa silam juga digambarkan dengan baik, serta disisipkan sejarah-sejarah lengkap mengenai tempat-tempat yang disebutkan dalam cerita ini.

Kerudung Merah Kirmizi

SOBeli di Sini!

Kerudung Merah Kirmizi adalah novel karya Remy Sylado yang berhasil meraih penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa pada tahun 2002 dan Penghargaan Sastra Badan Bahasa pada tahun 2006.

Seperti karya Remy Sylado lainnya, Kerudung Merah Kirmizi juga merupakan novel roman yang berkisah tentang seorang perempuan yang menjalin hubungan dengan seorang pengusaha. Pengusaha tersebut memanfaatkan oknum aparat keamanan dan para preman untuk mencapai tujuan-tujuannya. Dengan penggambaran rezim Orde Baru dan awal reformasi, novel ini menggambarkan drama yang mendebarkan sekaligus memiliki banyak pesan tulus tentang ketabahan manusia dalam menghadapi bahaya dan tantangan dalam hidupnya.

Selain kaya akan informasi sejarah, karya-karya Remy Sylado juga membuat pembacanya mengetahui banyak diksi bahasa Indonesia yang tidak lazim digunakan. Karya-karya mendiang Remy Sylado juga mampu mengantarkan kamu menembus batasan waktu ke peristiwa-peristiwa bersejarah.

Keempat buku Remy Sylado ini dapat kamu pesan dengan harga spesial hanya di Gramedia.com! Selama periode 11 sampai 17 Maret 2023, kamu bisa mendapatkan diskon 20% untuk pembelian masing-masing buku karya Remy Sylado. Namun, jika kamu membeli sekaligus empat, kamu akan mendapatkan bonus berupa tote bag yang keren!

Segera bawa pulang buku-buku karya Remy Sylado dengan harga terbaik hari ini juga, hanya di Gramedia.com!⤵️🛒

SOBeli di Sini!


Sumber gambar header: Instagram @gramedia

Penulis: Puteri C. Anasta